10 Berita Positif Yang Menginspirasi Di Tengah Krisis
10 Berita Positif Yang Menginspirasi Di Tengah Krisis – – Di penghujung tahun 2019, ramai pemberitaan mengenai virus corona (Covid-19) di Wuhan, China. Setiap warga dunia menunjukkan empati dengan cara yang berbeda-beda. Pada awal tahun 2020, virus ini menyebar ke lautan dan samudera, mengunjungi banyak negara dan menjadi ancaman bagi kehidupan manusia di benua lain, termasuk Indonesia. Dampak virus ini memang tidak main-main. Fondasi ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, kesehatan, agama dan sebagainya sedang goncang.
Dalam upaya memutus penyebaran virus Corona, pemerintah mengeluarkan kebijakan agar seluruh warganya tetap berada di rumah (
10 Berita Positif Yang Menginspirasi Di Tengah Krisis
). Sekolah, supermarket, tempat hiburan, dan perkantoran ditutup permanen hingga waktu yang tidak ditentukan. Namun akibat dari kebijakan-kebijakan tersebut memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan perekonomian, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah dan hidup sehari-hari, seperti pedagang kaki lima, buruh harian,
Hdi Dan Sekolah Spi Melawan Badai Krisis Ekonomi Dengan Web Series Inspirational
Menyadari situasi tersebut, banyak gereja yang melakukan kegiatan solidaritas masyarakat berupa penyediaan makanan gratis dan pemasangan hand sanitizer di area terbuka untuk digunakan semua orang. Seperti yang dilakukan GKI Waheed Hasim, GKI Maulana Yusuf dan sejumlah jemaah lainnya. Beberapa orang memanfaatkan warung makan di sekitar gereja untuk membagikan makanan gratis. Pihak gereja membayar biaya sekali makan, yang menurut pemilik toko sekitar Rp 15.000 sekali makan. Setiap orang yang mengambil tugas akan dicatat dalam jurnal sebagai catatan jemaah. Bagi yang sudah makan 2-3 kali, harapannya tidak makan lagi agar lebih banyak orang yang tertolong. Sangat menarik bahwa mereka memahami dan tidak memikirkan diri mereka sendiri.
Aksi ini mendapat respon positif dari para hadirin dan dinilai sebagai wujud persatuan. Mereka juga memberi tahu orang lain tentang kegiatan tersebut. Meski terkadang ada orang yang tidak mendapat bagiannya karena sudah habis, namun mereka bisa memaklumi. Pemilik toko pun mengaku merasa terbantu dan senang bisa membantu di masa sulit ini.
Beberapa pendeta dan jemaah Gereja Kristen Injili Minahasa (GMIM) di kawasan Modoinding, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara pada bulan ini mengadakan acara yang mereka namakan “Marijo Baku Tolong”. Gerakan ini merupakan semacam seruan diakon agar gereja menyikapi dampak ekonomi dari Covid-19 dan juga sejalan dengan seruan pastoral Dewan Sinode GMIM yang terus mengajak umat gereja untuk bataanang (bercocok tanam).
Modoinding yang beriklim sejuk dan terletak di perbukitan Minahasa Selatan memang merupakan daerah yang subur dan terkenal dengan hasil pertanian khususnya hortikultura. Untuk memenuhi kebutuhan tidak hanya masyarakat Sulut saja, namun juga sekitarnya. Tindakan ini dilakukan dalam dua gerakan. Pertama, Burbage Sayor, dalam pendistribusian secara sukarela sisa makanan milik keluarga anggota masyarakat kepada warga yang membutuhkan dan diselenggarakan oleh dewan masyarakat.
Hadapi Ancaman Krisis Global, ‘iki’ Jurus Jitu Gubernur Khofifah
Kedua, “Abad Pergerakan”. Warga daerah lain dan perkotaan dapat membeli paket kebun seharga Rp 100.000 sebanyak 3 paket yang masing-masing berisi kentang, wortel, kubis, bok choy, daun bawang, dan labu siam. Namun 2 dari 3 parsel harus ditujukan kepada orang lain (berbakat). Satu bungkus bisa dijadikan lauk dan dikonsumsi dalam waktu 3-5 hari. Pelanggan menerima parsel di rumah, sehingga tidak terjadi kerumunan. Langkah kedua ini juga memberdayakan petani dan mencegah hilangnya pasar akibat krisis Covid-19.
Menurut Guru. Wailan Posumah yang mengawali kiprah tersebut, saat ini ada 2 jemaah dan 2 organisasi yang melakukan perubahan di kawasan Modoinding, yaitu: GMIM Jemaat Zion Pinasungkulan, GMIM Jemaat Zaitun Palelon, KKPG Modoinding (Gerakan Kerukunan Keluarga dan Sumbangan GA) dan Pelsus. Sinisir (pergerakan sekelompok keluarga sesepuh, Shyam, pendeta dan guru agama di desa Sinisir). Hal serupa juga dilakukan oleh Gereja Kristen Evangelis Timor (GMIT). Jemaat GMIT di Classis Timor Tengah Utara (TTU) membawa harapan bagi mereka yang terdampak Covid 19. Langkah strategis yang dilakukan Majelis Classis TTU adalah dengan membentuk kelompok yang mampu menangani dampak Covid-19 di masyarakat dan pertunjukan. Cinta. dengan bukti kata-kata dan tindakan. Guru. Ley Abdi Wenyi, ketua kelas TTU, meminta jemaat untuk mengerahkan sumber daya yang ada untuk membantu anggota gereja yang terkena dampak.
Jemaat Petra Kephamenanu menggelar diakonia dengan sembako, tindakan preventif, pembagian masker dan semprotan disinfektan di setiap rumah. Dana yang terakumulasi di rekening selama bertahun-tahun telah dibelanjakan. Namun menurut keyakinan iman, Pdt. Abdi menegaskan, “Saat Tuhan Yesus datang, Dia tidak menanyakan berapa jumlah yang dikumpulkan jemaah. Entah itu uang, program, pembangunan, amal, dll, Tuhan tidak menginginkannya. Tuhan bertanya apa yang gereja lakukan terhadap orang yang susah dan menderita? Ekspresi iman ini mengetuk pintu gereja agar terbuka menerima, mengangkat dan mengatasi segala macam kesulitan dalam kehidupan orang lain.”
Bersama masyarakat Petra, masyarakat Immanuel Kefa, masyarakat Sion Sasi dan masyarakat Biboki Inggureo memberikan bantuan sembako kepada keluarga terdampak. Jarak sosial dan fisik bukanlah alasan bagi gereja untuk mengurung diri dalam kenyamanannya. Umat paroki hadir di sana tidak hanya dengan doa dan kata-kata penyemangat, tetapi juga dengan tas diakonia di tangan mereka. Kami berkeliling dari rumah ke rumah dengan semangat dan nasehat: “Di rumah saja ya bapak dan ibu, ayo berkunjung.”
Kabar Baik Bagi Keanekaragaman Hayati Dari Komisi Eropa
Di luar kota di perbatasan wilayah Oecusse (Timor Timur), Pdt. Andre dari komunitas Bikomi juga berpartisipasi dalam aksi disinfeksi dan memperkenalkan protokol Covid-19. Sia-sia para diaken membawa tabung berisi cairan disinfektan untuk disemprotkan ke rumah umat paroki. Sebuah pertemuan masyarakat membuat masker dan menyebarkan pesan singkat: “Tolong terima masker ini dan gunakanlah bapak dan ibu. “Kami menggunakannya bukan karena takut pada pemerintah atau polisi, tapi kami menggunakannya untuk keamanan dan karena ingin bekerja sama memutus rantai virus Corona.
Terlepas dari segala kelebihan dan keterbatasannya, pelayanan diakonia juga dilaksanakan di wilayah Noemuti, Oepope, Bethel Dalehi, Netpala, Insana, Fatunisuan, Pantura, Biboki Anleu, dan Tuam. Dalam semua bentuk pelayanan tersebut, pesan yang disampaikan adalah badai akan berlalu jika semua pihak mau bekerja sama, saling peduli, memperhatikan dan saling mendukung dengan iman, harapan dan cinta. Begitu pula dengan kedatangan Gereja Kristen Protestan Simalungun (SCPC). Sebagai bagian dari program tanggap Covid-19 ‘Haroan Bolon Dompet’, komunitas, resor, dan komunitas telah melakukan aksi kasih untuk mendorong pemerintah memutus rantai virus Covid-19 dan menunggu hasil.
Donasi yang terkumpul melalui Dompet Haroan Bolon sebagai respons terhadap Covid-19 sebagian besar disalurkan melalui pemberian bantuan sembako kepada 50 kepala keluarga, masing-masing 10 kilogram beras, dan 20 butir telur ayam ras. Selain itu, pada hari Sabtu tanggal 11 April 2020 kami akan membagikan 1.000 masker kain kepada masyarakat Pekan Pematangraya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, serta sejumlah pedagang dan pembeli. Tujuan utama dari penggalangan masker ini adalah untuk mengingatkan dan mengajak masyarakat agar memahami pentingnya memakai masker saat keluar rumah.
Sementara itu, Crisis Center Gereja Toraja telah memberikan bantuan Alat Pelindung Diri (APD) kepada pemerintah Kabupaten Toraja Utara untuk Covid-19. Hal itu diterima langsung Bupati Kalatiku Paemmbonan usai rapat penilaian di Kantor Gabungan di Kecamatan Thondon, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Senin sore, 13 April 2020. SBO), yang ditujukan kepada tenaga medis dan relawan di rumah sakit dan balai kesehatan.
Alibaba Group Luncurkan E-handbook Inspirasi Perempuan Indonesia Bangkit Pasca-covid
Sumbangan yang dihimpun BPS Gereja Toraja ini merupakan bantuan yang diterima dari para donatur yang mendonasikan alat pelindung diri kepada tenaga kesehatan yang sangat membutuhkan. Ketua Gereja BPS Toraja, Pdt. Musa Salusu yang mewakili pendistribusian menyerahkan satu set alat pelindung diri berupa masker, kacamata, dan perlengkapan lainnya kepada pemerintah setempat untuk perawatan pasien Covid-19. Sang Guru melanjutkan. Musa, termasuk tenaga medis dari seluruh rumah sakit di Toraja Utara, termasuk RS Fatima di Makale. “Dana ini kami kumpulkan dari masyarakat Toraja dan jemaat Gereja Toraja serta pihak luar yang menangani kebutuhan masyarakat dalam melawan virus Corona,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua BPS Gereja Toraja I, Pdt. Alfred Anggi mengatakan, pihaknya memberikan bukti bahwa bersama para donatur sangat peduli dengan kehadiran tenaga medis dan medis, yang mudah diselesaikan dalam waktu singkat. “Masyarakat Gereja Toraja secara sukarela mengumpulkan sedikit demi sedikit dan berkumpul untuk mendapatkan alat pelindung diri yang digunakan oleh para tenaga medis dan petugas di Puskesmas,” kata Alfred. Bupati Kalatiku Paemmbonan usai menerima bantuan dari BPS Gereja Toraja mengucapkan terima kasih karena menerima pesan dari luar daerah untuk menggalang donasi berbagai jenis APD. “Ini meyakinkan kami bahwa ke depan pengobatan harus lebih kuat dan tenaga kesehatan harus berani, jadi kami jamin masyarakat tidak ragu,” kata Kalatiku.
Sebanyak 1.500 pasang APD lengkap dan 10.500 masker medis akan disumbangkan, setengahnya disalurkan ke 10 Puskesmas, antara lain 100 masker bedah, 2 sarung tangan, 2 komputer Google, 2 item Hazmat dan 2 pcs. Masker pelindung. Prioritas diberikan kepada 10 Puskesmas setempat yang memiliki tingkat ODP dan ODR tinggi dan disalurkan ke empat rumah sakit, sedangkan Satgas Covid-19 Pemerintah Kabupaten Tana Toraja telah menerima 1.050 masker bedah dan distribusi akan dilanjutkan ke puskesmas setempat lainnya.
MPH-PGI menambahkan seruan aksi solidaritas sosial dengan meminta gereja peduli terhadap sesama di masa pandemi Covid-19. Dalam seruannya, MPH-PGI mendorong gereja-gereja untuk mengembangkan “Diakonia Amal Antar Keluarga” dengan mendorong anggota gereja yang kaya atau berkecukupan secara finansial untuk membantu keluarga-keluarga yang membutuhkan yang menghadapi dampak ekonomi negatif dari situasi ini. Diakonia tidak hanya terbatas pada anggota gereja saja, tetapi juga dapat meluas kepada orang lain (agama) sehingga dapat terbangun persatuan dan perdamaian umat di luar situasi permusuhan umat tersebut.
Konferensi Kepulauan Dunia Ke-19, Rektor Unram Minta Cendikiawan Dunia Bantu Atasi Krisis Air Di Gili Klu
MPH-PGI (Majelis Pekerja Harian Persatuan Gereja-Gereja Indonesia) menegaskan diakonia lainnya adalah “Gerakan 3 M” (Memberi Makan). Gerakan ini dimulai dengan perkataan Yesus kepada murid-muridnya, dengan latar belakang pertentangan dan tragedi